Pagi yang buruk, cuaca yang tak mendukung menghambat jalannya lalu lintas di hari itu. Terlihat dari raut wajah Rei yang suram dan kesal menunggu di halte bus. Dirinya tak menyangka bahwa hujan akan datang mengguyur kota, menghancurkan jadwal yang sudah tersusun rapih dan detailnya. Sejam lamanya ia menunggu terus menggerutu tiada henti, hingga muncul kotak pesan di telepon genggamnya itu. Rei merasa bingung, entah mengapa pengirim surat itu tak lain adalah adiknya sendiri. Tanpa berpikir panjang Ia membuka surel itu. Isi dari pesan itupun membuat dirinya terdiam membeku. Ia mendapatkan pernyataan bahwa adiknya mengalami kecelakaan dan kondisinya kritis tak sadarkan diri. Tak memperdulikan hujan deras yang masih berlanjut, ia berlari menerobosnya mencari jalan untuk mencapai rumah sakit itu. Entah apakah hari itu ia akan kehilangan satu-satunya keluarga bagi dirinya. Sesampai di rumah sakit, ia menemukan adiknya yang terbaring tak sadarkan diri dan penuh luka. Selama 1 minggu lamanya Rei menunggu kepulihan adiknya, berharap agar ia dapat berbincang bersama kembali. Namun, mungkin ini sudah saatnya bagi Rei merelakan adiknya. Di malam itu ia harus memutuskan untuk membiarkan adiknya hidup dengan alat dan mesin atau membiarkan adiknya pergi dari muka bumi ini. Sungguh pilihan yang sangat berat baginya. Mengingat perlakuan buruk yang telah dilakukan Rei kepada adiknya, membuat hatinya semakin tersayat dan terluka.
Satu minggu yang lalu......
"Kak, tolong belikan aku kue di toko baru itu, sepertinya rasanya enak dan mantap!" ujar Rika kepada Rei. "Apakah kamu tidak bisa lihat aku sedang sibuk, lagipula orang sakit tidak makan kue tapi buah dan sayu, lihatlah kedepan hujan turun sangat deras, aku tidak akan menurutimu. Tugasku juga banyak jadi kamu diam saja tenangkan diri jangan mengganggu aku," balas Rei.
KRINGGGG......KRINGGGG......KRINGGG
Rika mengangkat telepon itu dan memberikannya kepada kakaknya, "Ini dari Ibunda, ingin berbicara dengan kakak." Rei segera menerima telepon itu, entah kenapa setelah berbicara dengan Ibunda Rei menjadi marah dan kesal, permintaan Rika tadi dikabulkan oleh Rei namun dilaksanakan dengan tidak ikhlas, keluar rumah dan membanting pintu. Rika yang melihat hal tersebut tentu merasa bersalah dan terkejut, ia bingung apa yang dikatakan Ibunda kepada kakaknya. Sudah berjam-jam lamanya Rika menunggu kepulangan kakaknya, tapi tak kunjung kembali, sehingga ia terdorong untuk keluar rumah mencari kakaknya, walaupun kondisinya tubuhnya sangat lemah ia tetap ingin mencari kakaknya. Kejadian tak terduga itupun terjadi Rika tertabrak oleh truk yang melewati jalan raya dekat rumahnya. Dirinya tak berdaya lagi untuk bangkit, semuanga mati rasa dan penglihatannya menjadi buyar. Orang yang berlalu lalang di jalan itu tak tinggal diam dan segera membawanya ke rumah sakit terdekat. Salah satu dari penyelamat Rika menelepon Rei dan memberitahu berita buruk itu.
Setelah satu minggu lamanya Rei berada di rumah sakit, ia kembali ke apartemennya dan menemukan surat yg dituliskan adiknya. Tangan dan kaki Rei bergetar tiada hentinya, tak kuasa menahan rasa takut untuk membaca surat tersebut. Dengan menguatkan tekadnya Rei dengan perlahan meraih kertas tersebut.
Untuk kakakku tercinta, maafkan aku yang selalu membuatmu resah dan kesal. Maafkan tubuhku yang rapuh dan tidak sempurna Ini, kau selalu menerima kehadiranku, namun mungkin seakrab saudara kandung pada biasanya, tapi kita berdua adalah saudara dan tak akan mudah terpisahkan. Oh ya.... Isi telepon dari Ibunda cukup menyakitkan dan merepotkan ya? Aku yakin ia memintamu untuk selalu menurutimu permintaan dan kemauanku. Aku tahu itu membuatmu kesal tapi, terima kasih telah menjagaku, setelah Ini aku janji akan berusaha untuk tidak bergantung pada dirimu saja. Aku sedang dalam tahap mengenal . Semoga kakak sukses selalu dan terus berada disisiku selalu.... " Tetesan air mata Rei-pun mulai turun, merasa menyesal dan terus memohon untuk kepulihan adiknya.
Satu persatu jari jemari mungil itu bergerak, Rei meminta dokter untuk segera mengecek keadaan adiknya itu. Keesokkan harinya juga begitu namun, kini adiknya mulai bangkit. Kepulihan adiknya adalah satu satunya harapan Rei, ia tidak akan tahu lagi aarti hidupnga tanpa kehadiran Rika. Suatu adiknya mengajak Rei until keluar, melihat sekeliling taman rumah sakit dan menajak Rei untuk berbicara. Canda tawa mereka berdua mulai terdengar Dan Hari itu diakhiri dengan kata maaf dari kedua belah pihak. Sebelum mengakhiri hari itu Rika memeluk erat kakaknya ndanenguapakan terima kasihnya kepada kakaknya. Sungguh tak disangka keesokan harinya Rika sudah meninggalkan Rei seorang diri. Untuk melepas segala mesin dan alat yang selama in menjadi sumber kehidupan Rika. Sangat berat bagi Rei menerima kenuataan tersebut tapi, setidaknya ia tahu bahwa adiknya sudaj benas fari kesengsaraannya.
Rei adalah kakak yang baik walaupun, dirinya mudah tersinggung dan kesal dalam lubuk hatinya Rika tetaplah adik kesayangannya. Setelah satu tahun kematian Rika, Rei mulai membuka diri untuk memulai dan melanjutkan kehidupannya .
SELESAI.......